Sabtu, 01 Oktober 2011

Passing Bawah

 Kemampuan passing bawah dalam permainan bolavoli
Oleh Gatot Jariono
Dalam permainan bolavoli passing adalah merupakan usaha seseorang untuk mengoper bola kepada teman seregu dengan suatu taknik tertentu, sebagai langkah awal dalam penyusunan pola serangan kepada regu lawan. Suharsomo (1983:143) mengatakan bahwa :
Passing adalah usaha atau pun upaya seseorang pemain bolavoli dengan menggunakan teknik tertentu yang tujuannya mengoperkan bola yang dimainkannya kepada teman seregunya atau untuk menyerang ke daerah pertahanan.

Passing dalam permainan bolavoli terdiri atas dua jenis, yaitu : passing atas dan passing bawah. Pelaksanaan teknik passing, baik teknik passing atas maupu passing bawah terdiri atas tiga tahap, yaitu : sikap permulaan, sikap perkenaan bola, dan sikap akhir (Beutelstahl,1986:23). Khusus passing atas menurut Sraiyin (1988:47) terdiri atas tiga sikap, yaitu : sikap persiapan, sikap perkenaan bola, dan sikap akhir. Kemudian M Yunus (1992) membagi passing atas terdiri dari : sikap permulaan, permulaan, gerakan pelaksanaan, dan gerakan lanjutan.
Pelaksanaan pada sikap persiapan, yaitu mengambil sikap siap normal. Pada permainan bolavoli, sikap siap normal adalah pengambilan sikap tubuh sedemikian rupa sehingga memudahkan bergerak cepat ke arah yang diinginkan. Secara keseluruhan tubuh harus ada dalam keadaan setimbang yang labil. Setimbang maksudnya supaya koordinasi dari pada tubuh tetap terkuasai dan labil maksudnya supaya tubuh dapat digerakkan ke berbagai arah yang dikehendaki.
Adapun sikap siap normal adalah pemain berdiri dengan satu kaki agak di depan dan kaki lainnya di belakang, kaki kiri di depan dan kaki kanan di belakang atau sebaliknya. Lutut ditekuk, badan sedikit condong ke depan, dan tangan siap siap berada di depan dada. Pada waktu akan melakukan passing, usahakan menempatkan diri di bawah bola, dan tangan diangkat ke atas depan setinggi dahi. Setelah bola berhasil dipassing, lengan lurus sebagai suatu gerakan lanjutan, diikuti oleh badan dan langkah kaki ke depan supaya koordinasi tetap terjaga dengan baik.
2. Koordinasi mata-tangan
Secara umum koordinasi diartikan sebagai kerja sama dari prosedur atau sesuatu yang berbeda, secara fisiologis koordinasi diartikan sebagai kerjasama dari system syaraf pusat dengan otot untuk menghasilkan tenaga, baik inter maupun intramuscular.
Dalam pengertian luas, koordinasi sering juga merujuk pada istilah atau nama untuk beberapa kemampuan yang mendukung kerjasama dari proses gerak yang berbeda, misalnya dalam belajar, koordinasi dibedakan atas koordinasi kasar (kemampuan belajar gerak), dan koordinasi halus stabil (kemampuan merubah dan menyesuaikan gerak).
Koordinasi adalah suatu kemampuan biometrik yang sangat kompleks, koordinasi erat hubungannya dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas, dan semuanya menyumbang dan berpadu di dalam koordinasi gerak, oleh karena itu satu sama lainnya memiliki hubungan yang sangat erat. Jika salah satu unsur tidak ada atau kurang berkembang, maka akan berpengaruh terhadap kesempurnaan koordinasi. Koordinasi dari berbagai macam bagian tubuh, termasuk suatu kemampuan untuk menampilkan suatu model keterampilan gerak. Kemampuan tersebut dimaksudkan untuk mengendalikan bagian tubuh yang bebas melibatkan dalam suatu model keterampilan gerak. Kemampuan tersebut dimaksudkan untuk mengendalikan bagian tubuh yang bebas dilibatkan dalam suatu model gerakan yang kompleks, dan menggabungkan bagian-bagian tersebut dalam suatu gerakan, gerakan yang lancar, keberhasilan usaha dalam mencapai suatu tujuan.
Dengan demikian, koordinasi merupakan kualitas otot,tulang dan persendian, termasuk panca indra dalam menghasilkan suatu gerak. Kemampuan koordinasi merupakan suatu aktualisasi komponen-komponen gerakan yang dimaksud antara lain terdiri dari : sistem energi, kontraksi otot, syaraf, tulang, persendian, dan indera mata.
Sehubungan dengan itu, koordinasi terkait erat dengan stimulus atau ransangan sensor visual, perasaan posisi dan keseimbangan, dan perasaan kinestetik. Komponen koordinasi antara lain meliputi keseimbangan (terutama berkaitan dengan otot), kemampuan kombinasi gerak (penampilan gerak secara serentak dan berlanjut), kelincahan, dan kemampuan reaksi.
Bompa (1969:64) mengatakan bahwa : “Koordinasi adalah suatu kemampuan biomotor yang sangat kompleks, berkaitan dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan dan kelentukan. Selanjutnya Singer (1983:167) mengatakan bahwa : “Koordinasi dari berbagai macam bagian tubuh termasuk suatu kemampuan untuk menampilkan suatu model gerak”. Kemampuan tersebut dimaksudkan untuk mengendalikan bagian tubuh yang bebas dilibatkan dalam model gerakan yang kompleks dan menggabungkan bagian-bagian tersebut dalam suatu model gerakan yang lancar.
Kemudian lebih lanjut Harsono (1988:65) mengemukakan bahwa : “Koordinasi adalah kemampuan mengintekrasikan berbagai gerakan yang berlainan ke dalam satu pola tunggal gerakan”. Selanjutnya Sajoto (1988:53) mengemukakan bahwa :”Koordinasi adalah kemampuan untuk menyatukan berbagai sistem saraf gerak yang terpisah ke dalam satu pola gerakan yang efisien.
Dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa koordinasi adalah kemampuan untuk mengkombinasikan beberapa gerakan tanpa tegangan, dengan urutan yang benar, dan melakukan gerakan yang kompleks secara teratur (mulus) tanpa pengeluaran energi yang berlebihan
Berdasarkan penjelasan tersebut nampak bahwa peranan koordinasi mata-tangan merupakan hal yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian untuk dikembangkan, karena koordinasi mata-tangan merupakan penunjang dalam melakukan rangkaian gerakan-gerakan pada pola gerak, termasuk dalam kemampuan passing bawah dalam permainan bolavoli.
3. Kekuatan otot lengan
Untuk meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan, maka kekuatan otot merupakan salah satu faktor utama, sebagaimana yang dikemukakan oleh Harsono (1988:177), sebagai berikut :
Pertama, oleh karena kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik. Kedua, oleh karena kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi atlet/orang dari kemungkinan cedera. Ketiga, oleh karena dengan kekuatan atlet akan dapat lari lebih cepat, melempar atau menendang lebih jauh dan lebih efisien, memukul lebih keras, demikian pula dapat membantu memperkuat stabilitas sendi-sendi.

Kekuatan adalah penggerak setiap kegiatan atau aktivitas fisik. Kekuatan dapat pula membangkitkan ketegangan pada waktu menerima beban pada waktu tertentu. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Harsono (1996:9), bahwa : “Kekuatan adalah kemampuan otot untuk membangkitkan ketegangan terhadap suatu tahanan.
Kebutuhan kekuatan pada setiap cabang olahraga berbeda-beda, seperti pada cabang olahraga tenismeja berbeda dengan cabang olahraga bulutangkis, sepakbola, permainan bolavoli, dan lain sebagainya. Kenyataan ini menimbulkan pengetahuan, bahwa latihan kekuatan itu bersifat khusus sesuai dengan cabang olahraga yang di kehendaki.
Kemudian lebih lanjut Fox, dkk (1988:158), menguraikan arti dari kekuatan otot, sebagai berikut : “Muscular strength my be defined as the force or tension a muscle, mora correnctly, a muscle group can exert against a resistance in one maximal effect”.
Pendapat diatas dapat diartikan secara bebas , bahwa kekuatan otot yang didefinisikan sebagai force atau tegangan suatu yang dapat digunakan untuk menahan beban pada suatu usaha yang maksimal.
Sedangkan menurut Mochammad Sajoto (1985:24) mengemukakan bahwa: “Kekuatan atau strength adalah kemampuan atlet pada saat mempergunakan otot-ototnya menerima beban dalam waktu kerja tertentu”. Selanjutnya Suharno (1985:24) mengemukakan bahwa : “Kekuatan adalah kemampuan dari otot untuk dapat mengatasi tahanan atau beban dalam menjalankan aktivitas”.
Pengembangan unsur kekuatan adalah penting diutamakan, oleh karena dapat memudahkan pengembangan unsur kondisi fisik lainnya dalam proses latihan untuk mencapai prestasi optimal pada suatu cabang olahraga.
Menurut Harre, D., (1982:108), mengklasifikasikan jenis kekuatan menurut kegunaannya dalam tiga kategori sebagai berikut
1. We defile maximum strength as being the grates force an atlete is able to exert for agiven contraction of muscle.
2. Power is ability of an atlete to overcome resistance by a higt speed of contraction.
3. Strength endurance is the etlhete’s tolerance level against fatigue in strength performance of longer duration.
Pendapat tersebut di atas dapat diartikan secara bebas sebagai berikut :
1. Maksimum strength dapat menentukan kekuatan maksimum sebagai force dari olahragawan untuk mengarahkan tenaga dalam sesuatu kontraksi otot.
2. Power adalah kemampuan olahragawan untuk mengatasi tahanan dengan sesuatu kontraksi kecepatan tinggi.
3. Strength endurance merupakan kemampuan olahragawan untuk mengatasi tahanan beban dengan menampilkan kekuatan yang berkepanjangan.
Dari batasan tersebut diatas, maka dapat dikemukakan bahwa kekuatan lengan adalah kemampuan yang memungkinkan pengembangan tenaga maksimum dalam kontraksi yang maksimum untuk mengatasi beban atau tahanan. Jadi kekuatan lengan merupakan sejumlah daya tegang otot yang dipergunakan dalam kontraksi maksimum pada suatu aktifitas yang berat.
Kekuatan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut mochammad Sajoto (1988:108), bahwa faktor-faktor kekuatan adalah :
1. Faktor biomekanika, dari dua orang mempunyai tegangan otot yang sama, akan berbeda kemampuannya mengangkat badan.
2. Faktor pengungkit, pengungkit diklasifikasikan dalam tiga kelas yaitu dibagi menurut letak sumbu pengungkit, gaya beban, dan gaya pengungkit.

Menurut Bompa (1983:221), tipe –tipe kekuatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. General strength
2. Spesifik strength
3. Maximum strength
4. Muscular strength
5. Absolute strength
6. Power
7. Relative strength

Melalui persepsi tentang kekuatan, maka kekuatan dapat di bedakan atas tiga macam, seperti yang dikemukakan oleh Abd. Adb Rani (1993:4), yaitu :
1. Maksimum strength adalah kekuatan otot dalam kontraksi maksimum, serta melawan beban yang maksimal pula.
2. Explosif power ialah kemampuan subuah otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam satu lamanya.
3. Power endurance ialah kemampuan tahanan lamanya kekuatan otot untuk melakukan tahanan beban yang tinggi intensitasnya.

Dari penjelasan tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tanpa kekuatan otot yang baik tidak mungkin prestasi olahraga dapat tercapai dengan baik. Hal ini menunjukkan, bahwa betapa pentingnya kekuatan bagi seorang atlet dalam usaha mencapai prestasi yang tinggi.
Dari batasan tersebut di atas, maka dapat dikemukakan bahwa kekuatan otot lengan adalah kemampuan yang memungkinkan pengembangan tenaga maksimum dalam kontraksi yang maksimal untuk mengatasi beban atau tahanan. Jadi kekuatan otot lengan merupakan sejumlah daya tegang otot yang dipergunakan dalam kontraksi maksimum pada suatu aktivitas yang berat.
Daftar Pustaka
  1. Beutelstahl, Dieter. 2005. Belajar bermain volley. Bandung : CV Pionir jaya.
  2. Harsono, 1988. Coaching dan aspek-aspek psikologi dalam coaching. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti.
  3. HP. Suharno. 1982. Dasar-dasar pembinaan bolavoli. IKIP Yogyakarta
  4. Halim, Ichsan, Nur. 1991. Tes dan pengukuran dan penyusunan alat evaluasi dalam bidang olahraga. Nahan kuliah FPOK IKIP Ujung Pandang
  5. Sajoto, Mochamad. 1988. Pembinaan kondisi fisik dalam olahraga. Depdikbud Dirjen Dikti, Jakarta.
  6. Tudor.Bompa,1969. Periodsation training for sport, Human kinetics.

1 komentar: